Saturday, 3 January 2015

Mengenal Golongan Darah Manusia

Ilmuwan yang membagi golongan darah menjadi A, B, AB dan O.
Ilmuwan Austria bernama Karl Leindsteiner adalah penemu cara penggolongan darah manusia menjadi A, B,
Karl Leindsteiner,
Sumber gambar : http://en.wikipedia.org/
dan O berdasarkan reaksi antigen antibodi yang terdapat pada darah tersebut. Atas jasanya tersebut Karl Leindsteiner mendapat penghargaan Nobel dalam bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1930. 

Karl Leindsteiner lahir di 14 Juni 1868 merupakan ilmuwan Austria keturunan Yahudi. Awal penemuannya ini berawal ketika dia melihat adanya penggumpalan darah yang sangat cepat ketika dua darah berbeda digabungkan. Kemudian dia tertarik untuk mengetahui penyebab dari penggumpalan darah tersebut. Pada Tahun 1901 dia berhasil menemukan penyebab dari penggumpalan tersebut, hal ini terjadi karena kontak darah dengan serum darah. Atas dasar peneletian ini dia menemukan adanya antigen dan antibodi yang berbeda dalam darah seseorang hingga dapat dikelompokan golongan darah seseorang menjadi A, B, AB dan O.

Apa yang berbeda dari golongan darah A, B, AB, dan O.

Penggolongan darah ini dilakukan berdarakan penemuan Karl Leindsteiner. Penggolongan ini didasarkan pada ada atau tidaknya zat antigen pada permukaan membran sel darah merah. Antigen adalah suatu zat yang biasanya berupa protein atau polisakarida yang dapat memicu terjadinya respon imun untuk membentuk antibodi, jadi secara awamnya dia merupakan zat yang tidak dikenali oleh tubuh (asing bagi tubuh) pemicu respon imun ini seperti reaksi alergi. Nah inilah yang menyebabkan kenapa kalau dua golongan darah yang berbeda antigen bisa menggumpal karena adanya reaksi antigen-antibodi yang saling mengikat satu sama lain sehingga darah menggumpal.

Sebenarnya ada sekitar 46 jenis antigen didunia selain antigen A, B, O, dan rhesus namun yang lain jarang muncul. Perbedaan golongan darah menjadi A, B, AB, dan O ini karena ada tidaknya antigen A, B dan O seperti penjelasan berikut ini :
Ilustrasi tabel antigen antibodi golongan darah ABO
sumber gambar : www.mediskus.com

  • Seseorang dengan golongan darah A memiliki golongan darah dengan antigen A dipermukaan membran sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi dari antigen B yang ada dalam serum darahnya. Artinya kalau orang bergolongan darah A kemudian didalam serum darahnya terdapat antigen B maka akan terjadi reaksi imun yang bisa menyebabkan pembekuan darah dan reaksi alergi. Hal ini bisaa terjadi kalau terjadi kesalahan dalam transfusi darah, golongan darah A diberi transfusi golongan darah B. Sehingga orang dengan golongan darah A bisa menerima transfusi darah dengan golongan darah A atau golongan darah O. 
  • Seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B dalam membran sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi dari antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B hanya dapat memperoleh darah dari orang yang bergolongan darah B atau golongan darah O. 
  • Seseorang dengan golongan darah AB memiliki antigen A maupun antigen B pada permukaan membran sel darah merahnya dan tidak menghasilkan antibodi A dan B. Karena tidak memiliki kedua jenis antibodi A dan B maka orang yang memiliki golongan darah AB dapat menerima darah dari golongan darah A, B maupun O, namun tidak dapat mendonorkan darahnya kepada orang yang bergolongan darah A, B, dan O, dia hanya bisa mendonorkan darahnya pada orang dengan golongan darah yang sama AB, sehingga sering disebut resipien universal. 
  • Seseorang dengan golongan darah O permukaan sel darah merahnya tidak memiliki jenis antigen A, atapun B, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A, maupun antigen B. Sehingga orang dengan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya pada orang dengan golongan darah A, B, AB maupun O sehingga sering disebut donor universal. Malangnya karena adanya antibodi terhadap antigen A dan B, orang dengan golongan darah O tidak dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A, B, dan AB selain orang yang golongan darah O. 

Mengenal Rhesus Positif dan Negatif
Rhesus merupakan salah satu jenis antigen dalam darah manusia. Rhesus ditemukan pada permukaan membran sel darah merah yang berupa protein yang dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya. Rhesus dibagi menjadi dua yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Apabila ditemukannya protein faktor rhesus dalam darah seseorang maka seseorang dikatakan memiliki faktor rhesus positif, apabila tidak ditemukannya faktor rhesus pada membran sel darah merah seseorang disebut faktor rhesus negatif. 

Meskipun faktor rhesus tidak berdampak pada kesehatan seseorang namun hal ini akan menjadi perhatian serius bagi seseorang yang sedang hamil. Terutama bagi Ibu hamil yang rhesus negatif menikah dengan suami yang rhesus positif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus bagi kesehatan Ibu dan bayi, sehingga disarankan untuk melakukan tes faktor rhesus pada kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan anda.  

Faktor Rhesus dan Dampaknya Pada Bayi
Dampak buruk kemungkinan akan terjadi apabila ibu hamil dengan rhesus negatif  sedangkan ayah rhesus positif. Hal ini memicu Bayi dalam kandungan Ibu memiliki faktor rhesus positif, karena rhesus positif lebih dominan ketimbang rhesus negatif. Ketidakcocokan faktor rhesus antara bayi dan Ibu memicu terjadinya beberapa gangguan seperti :

  • Terjadinya gangguan pada janin hingga dapat memicu terjadinya keguguran berulang.
  • Terjadinya kerusakan sel darah merah pada bayi, hal ini terjadinya karena ketidakcocokan rhesus Ibu memicu sistem imun Ibu membentuk antirhesus untuk melindungi tubuh ibu dari serangan rhesus positif pada bayi. Antirhesus ini akan merusak sel darah merah yang dihasilkan oleh janin dan biasanya bayi akan lahir dengan hiperbilirubin (bayi kuning). Hal ini terjadi biasanya pada kehamilan pertama dimana Ibu baru membentuk antirhesus terhadap rhesus yang ada pada bayi. 

Penanganan Kehamilan dengan Kelaian Rhesus :

  • Bila terjadi perbedaan rhesus antara Ibu dan janin perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama pada masa kehamilan dan persalinan. Jika antirhesus berlum terbentuk pada usia kehamilan 28 minggu atau 72 jam setelah persalinan, Ibu akan diberikan injeksi anti-D Immunoglobulin (Rho Gram).
  • Jika antirhesus sudah timbul pada masa kehamilan maka harus dilakukan pemantauan lebih khusus terhadap pertumbuhan janin, fungsi pernapasan, peredaran darah, mengamati tanda-tanda rendahnya sel darah merah, atau kerusakan sel darah pada janin. 
Pencegahannya :

  • Deteksi dini faktor rhesus anda sebelum dan awal kehamilan anda. Selain Ibu hamil calon ayah juga perlu dilakukan pemeriksaan faktor rhesus.
  • Jika faktor rhesus kedua pasangan diketahui secara dini, tentunya komplikasi selanjutnya dapat dimininalisir. 


Mengatasi Sakit Tenggorokan Tanpa Obat Kimia

Sakit tenggorokan menyerang pada saat kita mengalami penurunan daya tahan tubuh, biasanya setelah sakit tenggorokan kita akan mengalami batuk beserta flu. Lengkap sudah penderitaan kita kalau ketiga gejala tersebut menyerang tubuh kita, apalagi bila disertai dengan demam. Nah kali ini saya akan share pengalaman saya mengatasi sakit tenggorokan tanpa obat kimia. Sering begadang membuat tubuh kurang fit, apalagi kalau tidur kurang nyenyak. Besok harinya makan-makanan yang tinggi lemak atau yang banyak mengandung mono sodium glutamat (MSG). Nah kalau sudah kayak gini tinggal tunggu sakit tenggorokan menyerang kita dah, kondisi sudah drop ditambah makanan yang kurang bergizi mulai dah sakit itu menyerang. 

Sebelum sakit tenggorokan berkembang menjadi batuk dan pilek, kita harus segera mengatasi sakit ini. Pastinya kalau kita kedokter kita akan diberikan obat kimia berupa obat anti inflamasi, dan antibiotik. Bagi Anda yang mengurangi minum obat kimia, saya sarankan untuk minum yang alami saja. Salah satu tanaman obat yang bisa mengatasi sakit tenggorokan yaitu sebagai berikut :

Sumber gambar : www.21food.com
Cincau Hijau : 
Nah siapa yang tidak kenal cincau hijau, perhatikan gambar di sebelah. Siapa yang menyangka ternyata tanaman ini memiliki khasiat sebagai antiinflamasi dan mengandung antioksidan. Cincau ini sudah terbukti bisa menghilangkan sakit tenggorokan, saya buktikan sendiri. Makanya saya tanam di rumah sebagai tambahan koleksi tanaman obat. Cara mengolahnya sederhana : petik beberapa lembar daun cincau kemudian daun dibersihkan, setelah itu daun ditambahkan air secukupnya dan diremas-remas dalam air sampai air agak mengental. Air perasan daun cincau itu disaring kemudian langsung diminum tanpa gula dan tambahan zat lainnya. Rasanya enak, adem ditenggorokan dan perut.

Nah itu tips dari saya untuk mengatasi sakit tenggorokan, sarannya begitu sakit tenggorokan menyerang langsung petik beberapa daun cincau hijau. Oleh karena itu akan lebih baik apabila kita tanam tanaman Cincau Hijau dirumah. 


Selimut Fototerapi untuk Bayi Kuning


Sumber Gambar : www.healthcare.philips.com

Bayi yang sedang difototerapi sangatlah menderita, matanya harus ditutup, ditelanjangi, hingga harus dipisahkan dengan Ibunya. Bayi terkadang sering menangis karena ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi. Selain itu efek dari panas yang dihasilkan oleh lampu fototerapi juga menyebabkan bayi mengalami dehidrasi. Oleh karena itu petugas kesehatan harus memperhatikan selalu memberikan air susu Ibu sesering mungkin untuk mencegah terjadinya dehidrasi. 

Kini telah hadir selimut fototerapi sebagai solusi penggunaan fototerapi dengan lampu fluoresen seperti gambar diatas. Selimut fototerapi ini dikembangkan oleh Philips Children's Medical Ventures, sangat efektif untuk fototerapi dengan bayi kuning. Selimut fototerapi ini akan memberikan rasa yang nyaman pada bayi karena Ibu dapat melakukan fototerapi sambil memeluk bayinya atau memberikan air susu Ibu (ASI) pada bayi seperti gambar dibawah ini. 
Sumber gambar : www.healthcare.philips.com
Dengan alat selimut fototerapi yang diberi nama BiliTX Phototherapy ini memberikan rasa nyaman pada bayi, hal ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak hospitalisasi pada bayi. Alat ini juga dikatakan lebih efektif dari fototerapi yang menggunakan fluoresen, dengan cahaya biru bersumber dari Blue LED. Alat ini sangat ideal jika digunakan di rumah sakit maupun di rumah.

Di Indonesia fototerapi masih menggunakan metode yang lama, sehingga membuat bayi kurang nyaman. Untuk mengaplikasikan selimut fototerapi ini di Indonesia perlu diadakan penelitian untuk membandingkan efektifitas penggunaannya. 

Semoga pelayanan kesehatan di Indonesia lebih baik, terutama keperawatan anak di rumah sakit sehingga dampak hospitalisasi pada anak bisa dikurangi. 


Sumber Referensi :
BiliTX Phototherapy System 

Mengenal Hiperbilirubin Pada Bayi (Bayi Kuning)

Apa itu hiperbilirubin?

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan yang terjadi pada bayi yang ditandai dengan kulit bayi berwarna kuning. hal ini terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang melebihi batas normal tubuh. Terjadinya peningkatan bilirubin melebihi batas normal pada bayi anda paling mudah diditeksi dengan memperhatikan mata bayi anda. Apabila warna selaput putih mata bayi Anda (sklera) berwarna kuning kemungkinan bayi Anda mengalami peningkatan kadar bilirubin melebihi batas normal. Selaput mata yang kuning dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 
Sumber gambar : www.bloghamil.com
Dari gambar ini kita bisa lihat sangat jelas dari selaput putih mata bayi berwarna putih selain itu juga terlihat sangat jelas warna kulit bayi menguning. Apabila bayi Anda mengalami perubahan warna seperti ini harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan yang lebih lanjut dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk diperiksa kadar bilirubin dalam darah bayi.

Apakah itu Bilirubin?
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan dari hasil pemecahan sel darah merah. Bilirubin sangat berbahaya bagi organ tubuh bayi, terutama otak, bilirubin yang mencapai otak bayi bisa menyebabkan terjadinya kerusakan organ otak bayi. Pada bayi proses pemecahan sel darah merah dilakukan di dalam hati sehingga menghasilkan bilirubin yang selanjutnya akan dibuang melalui empedu, hingga akhirnya akan dibuang ke saluran cerna (usus) sehingga memberikan warna kuning pada kotoran bayi. Gangguan proses yang normal inilah yang menjadi faktor penyebab bayi kuning, sehingga yang seharusnya bilirubin dibuang ke saluran cerna malah kembali mengalir menuju darah bayi. Untuk lebih jelasnya yuk kita intip penyebab bayi kuning.

Apakah yang menyebabkan Bayi Kuning??
Sebelumnya telah dijelaskan bagaimana proses terjadinya kuning pada bayi. Bayi kuning secara medis dibedakan menjadi dua yaitu bayi kuning secara fisiologis (normal) dan bayi kuning patologis (adanya penyakit). 

  • Bayi kuning Fisiologis : pada bayi yang normal, usia kehamilan yang 37-42 minggu, berat badan normal lebih dari atau sama dengan 2500 gram. Apabila muncul warna kulit kuning pada bayi setelah berusia 3-4 hari. Kemudian berangsur-angsur kadar bilirubin dalam darahnya menurun sampai hari ke tujuh. Inilah penyakit kuning pada bayi yang bersifat fisiologis, tentunya tidak berbahaya bagi bayi. Namun perlu diperiksa kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sampai warna kulit bayi normal kembali.
  • Bayi kuning patologis : Penyakit kuning patologis biasanya muncul langsung 24 jam setelah lahir. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah terjadi sangat cepat yang tentunya sangat berbahaya bagi bayi. Penyakit kuning patologis ini biasanya terjadi pada bayi yang terinfeksi, ketidakcocokan golongan darah ibu dengan bayi, dan gangguan pada hati. 
Penangan bayi dengan hiperbilirubin.

Di rumah sakit bayi dengan hiperbilirubin biasanya dilakukan penyinaran dengan sinar berwarna biru dalam dunia medis sering disebut fototerapi. Fototerapi dilakukan apabila kadar bilirubin dalam darah sangat tinggi. Fototerapi dilakukan dengan menyinari bayi dengan lampu berwarna biru seperti gambar dibawah ini. 
sumber gambar : d-edourats.blogspot.com

Bayi yang difototerapi kedua matanya ditutup untuk mengurangi gangguan pada penglihatan anak. Terapi dengan menggunakan fototerapi ini memang sangat membuat bayi merasa tidak nyaman sehingga bayi sering menangis. Selain salah satu efek samping penggunaan fototerapi ini adalah suhu panas yang dikeluarkan oleh cahaya lampu ini menyebabkan bayi sering merasa haus, jadi diperhatikan untuk memberikan cairan yang banyak pada bayi, sangat disarankan memberikan banyak air susu Ibu (ASI). 

Nah itulah penjelasan singkat mengenai hiperbilirubin pada bayi, semoga memberikan manfaat dari pemaparan singkat di blog ini.

Sumber Referensi :
Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2003