Ilmuwan yang membagi golongan darah menjadi A, B, AB dan O.
Mengenal Rhesus Positif dan Negatif
Faktor Rhesus dan Dampaknya Pada Bayi
Penanganan Kehamilan dengan Kelaian Rhesus :
Ilmuwan Austria bernama Karl Leindsteiner adalah penemu cara penggolongan darah manusia menjadi A, B,
dan O berdasarkan reaksi antigen antibodi yang terdapat pada darah tersebut. Atas jasanya tersebut Karl Leindsteiner mendapat penghargaan Nobel dalam bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1930.
Karl Leindsteiner, Sumber gambar : http://en.wikipedia.org/ |
Karl Leindsteiner lahir di 14 Juni 1868 merupakan ilmuwan Austria keturunan Yahudi. Awal penemuannya ini berawal ketika dia melihat adanya penggumpalan darah yang sangat cepat ketika dua darah berbeda digabungkan. Kemudian dia tertarik untuk mengetahui penyebab dari penggumpalan darah tersebut. Pada Tahun 1901 dia berhasil menemukan penyebab dari penggumpalan tersebut, hal ini terjadi karena kontak darah dengan serum darah. Atas dasar peneletian ini dia menemukan adanya antigen dan antibodi yang berbeda dalam darah seseorang hingga dapat dikelompokan golongan darah seseorang menjadi A, B, AB dan O.
Apa yang berbeda dari golongan darah A, B, AB, dan O.
Penggolongan darah ini dilakukan berdarakan penemuan Karl Leindsteiner. Penggolongan ini didasarkan pada ada atau tidaknya zat antigen pada permukaan membran sel darah merah. Antigen adalah suatu zat yang biasanya berupa protein atau polisakarida yang dapat memicu terjadinya respon imun untuk membentuk antibodi, jadi secara awamnya dia merupakan zat yang tidak dikenali oleh tubuh (asing bagi tubuh) pemicu respon imun ini seperti reaksi alergi. Nah inilah yang menyebabkan kenapa kalau dua golongan darah yang berbeda antigen bisa menggumpal karena adanya reaksi antigen-antibodi yang saling mengikat satu sama lain sehingga darah menggumpal.
Sebenarnya ada sekitar 46 jenis antigen didunia selain antigen A, B, O, dan rhesus namun yang lain jarang muncul. Perbedaan golongan darah menjadi A, B, AB, dan O ini karena ada tidaknya antigen A, B dan O seperti penjelasan berikut ini :
Sebenarnya ada sekitar 46 jenis antigen didunia selain antigen A, B, O, dan rhesus namun yang lain jarang muncul. Perbedaan golongan darah menjadi A, B, AB, dan O ini karena ada tidaknya antigen A, B dan O seperti penjelasan berikut ini :
Ilustrasi tabel antigen antibodi golongan darah ABO sumber gambar : www.mediskus.com |
- Seseorang dengan golongan darah A memiliki golongan darah dengan antigen A dipermukaan membran sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi dari antigen B yang ada dalam serum darahnya. Artinya kalau orang bergolongan darah A kemudian didalam serum darahnya terdapat antigen B maka akan terjadi reaksi imun yang bisa menyebabkan pembekuan darah dan reaksi alergi. Hal ini bisaa terjadi kalau terjadi kesalahan dalam transfusi darah, golongan darah A diberi transfusi golongan darah B. Sehingga orang dengan golongan darah A bisa menerima transfusi darah dengan golongan darah A atau golongan darah O.
- Seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B dalam membran sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi dari antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B hanya dapat memperoleh darah dari orang yang bergolongan darah B atau golongan darah O.
- Seseorang dengan golongan darah AB memiliki antigen A maupun antigen B pada permukaan membran sel darah merahnya dan tidak menghasilkan antibodi A dan B. Karena tidak memiliki kedua jenis antibodi A dan B maka orang yang memiliki golongan darah AB dapat menerima darah dari golongan darah A, B maupun O, namun tidak dapat mendonorkan darahnya kepada orang yang bergolongan darah A, B, dan O, dia hanya bisa mendonorkan darahnya pada orang dengan golongan darah yang sama AB, sehingga sering disebut resipien universal.
- Seseorang dengan golongan darah O permukaan sel darah merahnya tidak memiliki jenis antigen A, atapun B, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A, maupun antigen B. Sehingga orang dengan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya pada orang dengan golongan darah A, B, AB maupun O sehingga sering disebut donor universal. Malangnya karena adanya antibodi terhadap antigen A dan B, orang dengan golongan darah O tidak dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A, B, dan AB selain orang yang golongan darah O.
Mengenal Rhesus Positif dan Negatif
Rhesus merupakan salah satu jenis antigen dalam darah manusia. Rhesus ditemukan pada permukaan membran sel darah merah yang berupa protein yang dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya. Rhesus dibagi menjadi dua yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Apabila ditemukannya protein faktor rhesus dalam darah seseorang maka seseorang dikatakan memiliki faktor rhesus positif, apabila tidak ditemukannya faktor rhesus pada membran sel darah merah seseorang disebut faktor rhesus negatif.
Meskipun faktor rhesus tidak berdampak pada kesehatan seseorang namun hal ini akan menjadi perhatian serius bagi seseorang yang sedang hamil. Terutama bagi Ibu hamil yang rhesus negatif menikah dengan suami yang rhesus positif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus bagi kesehatan Ibu dan bayi, sehingga disarankan untuk melakukan tes faktor rhesus pada kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan anda.
Dampak buruk kemungkinan akan terjadi apabila ibu hamil dengan rhesus negatif sedangkan ayah rhesus positif. Hal ini memicu Bayi dalam kandungan Ibu memiliki faktor rhesus positif, karena rhesus positif lebih dominan ketimbang rhesus negatif. Ketidakcocokan faktor rhesus antara bayi dan Ibu memicu terjadinya beberapa gangguan seperti :
- Terjadinya gangguan pada janin hingga dapat memicu terjadinya keguguran berulang.
- Terjadinya kerusakan sel darah merah pada bayi, hal ini terjadinya karena ketidakcocokan rhesus Ibu memicu sistem imun Ibu membentuk antirhesus untuk melindungi tubuh ibu dari serangan rhesus positif pada bayi. Antirhesus ini akan merusak sel darah merah yang dihasilkan oleh janin dan biasanya bayi akan lahir dengan hiperbilirubin (bayi kuning). Hal ini terjadi biasanya pada kehamilan pertama dimana Ibu baru membentuk antirhesus terhadap rhesus yang ada pada bayi.
Penanganan Kehamilan dengan Kelaian Rhesus :
- Bila terjadi perbedaan rhesus antara Ibu dan janin perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama pada masa kehamilan dan persalinan. Jika antirhesus berlum terbentuk pada usia kehamilan 28 minggu atau 72 jam setelah persalinan, Ibu akan diberikan injeksi anti-D Immunoglobulin (Rho Gram).
- Jika antirhesus sudah timbul pada masa kehamilan maka harus dilakukan pemantauan lebih khusus terhadap pertumbuhan janin, fungsi pernapasan, peredaran darah, mengamati tanda-tanda rendahnya sel darah merah, atau kerusakan sel darah pada janin.
- Deteksi dini faktor rhesus anda sebelum dan awal kehamilan anda. Selain Ibu hamil calon ayah juga perlu dilakukan pemeriksaan faktor rhesus.
- Jika faktor rhesus kedua pasangan diketahui secara dini, tentunya komplikasi selanjutnya dapat dimininalisir.